“Pulau Kecil yang Berisi”
Cerita dusun Grogos di negeri adat Kataloka
Outhor by Admin
GROGOS, adalah nama satu dusun kecil dari Negeri Kataloka, Kecamatan Pulau Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Provinsi Maluku, terletak di 3°55’10 Lintang Selatan, dan 131°10’24 Bujur Timur pada deretan pulau-pulau diantara Geser dan Gorom. Nama dusun Grogos diambil dari nama pulau itu sendiri yakni pulau Grogos, pulau dengan panjang ± 1,87 km dan lebar ± 75 meter dengan luas daratan ± 0,18 km2 menjadikan pulau Grogos sebagai salah satu pulau kecil yang berpenghuni, bahkan saking kecilnya hampir tidak terlihat ketika kita menelusurinya lewat peta.
Foto 1 : Lokasi Dusun Grogos, Negeri Kataloka, SBT, foto by Stevy
Untuk mencapai dusun Grogos dari Ambon (ibukota provinsi Maluku) membutuhkan waktu perjalanan yang cukup lama dan panjang, berikut gambaran 3 (tiga) rute perjalanan yang dapat ditempuh munuju dusun Grogos, pulau Grogos, negeri Kataloka, Kecamatan Pulau Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur;
Rute Pertama, menggunakan pesawat udara (2x seminggu) dari bandara Pattimura menuju bandara Kufar Seram Bagian Timur kurang lebih 45 menit, kemudian menggunakan mobil ke desa Air Nanang sekitar 2 jam, dilanjutkan dengan menggunakan longboat menuju pulau Grogos sekitar 2 jam perjalanan.
Rute Kedua, menggunakan mobil (jalan darat) mulai dari Ambon menuju pelabuhan penyeberangan Feri Hunimua desa Liang kurang lebih 30 menit, kemudian melakukan penyeberangan dengan feri (feri setiap 1.5 jam) menuju Waipirit desa Kairatu, Kabupaten Seram BagianBarat (SBB) perjalanan sekitar 1.5 jam dan diteruskan dengan penjalanan darat menuju Bula, Kabupaten SeramTimur (SBT) dan desa Air Nanang kurang lebih 15 jam perjalanan, diteruskan dengan menggunakan longboat menuju dusun Grogos sekitar 2 jam perjalanan.
Rute Ketiga, menggunakan kapal laut (1x seminggu) dimulai dari pelabuhan Salamet Ryadi Ambon menggunakan Kapal Pelni menuju pelabuhan Gorom dengan lama perjalanan kurang lebih satu siang dan satu malam, kemudian perjalanan dilanjutkan menggunakan longboat menuju Pulau Gorom sekitar 2 jam perjalanan. Itulah rute-rute yang dapat di tempuh untuk menuju dusun Grogos negeri Kataloka perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan silahkan dipilih rute yang mana.
Demografi Grogos
Dusun Grogos didiami oleh 78 KK dan 335 Jiwa, dengan perbandingan jenis kelamin 155 laki-laki dan 180 perempuan. Rata-rata masyarakat dusun Grogos memiliki mata pencaharian utama sebagai nelayan baik laki-laki maupun perempuan, hal ini dikarenakan kondisi pulau yang tidak memungkinkan dilakukannya aktivitas lain seperti bertani.
Foto 2: Pulau Grogos, foto by Stevy
Secara geografis, dusun Grogos dikelilingi oleh lautan dengan area habitat bentik perairan dangkal yang ditutupi oleh terumbu karang dan padang lamun. Area pasang surut pulau Grogos sangat luas meliputi sebelah utara sejauh ±0,74 km, sebelah selatan ±1,36 km, sebelah barat ±10 km dan sebelah timur ±3,3 km.
Kondisi ini lah yang mendukung kekayaan sumberdaya laut melimpah akan; ikan, gurita, teripang, cumi, lobster dll. Masyarakat dusun Grogos sungguh mengadalkan hasil laut sebagai penunjang kehidupan rumah tanggal, oleh karenanya aktivitas masyarakat dusun Grogos 99% dihabiskan dilaut guna menambah penghasilan keluarga.
Sebagai komunitas yang hidup di pulau keberadaan masyarakat dusun Grogos bukan kategori masyarakat tidak mampu/miskin, namun harus diakui bahwa kehidupan masyarakat dusun Grogos masih sangat terbatas akan akses terhadap fasilitas-fasilitas penunjang kehidupan misalnya; penerangan (listrik), air bersih, transportasi dan komunikasi. Untuk penerangan masyarakat saat menggunakan generator (mesin diesel) bagi yang memiliki namun itupun tidak rutindigunakan karena sangat tergantung pada ketersediaan bahan bakar, ada sekitar 6 unit lampu tenaga surya (solarcell) bantuan dari pemerintah yang digunakan sebagai lampu jalan dan saat ini ada beberapa unit sudah tidak berfungsi lagi, untuk air bersih saat ini didapat dari sumur-sumur galian dengan kwalitas air yang payauh karena sebagai daerah karang banyak menerima rembesan air laut, perahu bermesin temple (longboat) merupakan satu-satunya alat transportasi utama ketika bepergian, untuk sekedar membeli kebutuhan rumah tangga atau urusan lain di pusat desa/negeri Kataloka di pulau Gorom saja membutuhkan waktu ± 1,5 jam perjalanan lewat laut itupun tergantung kondisi laut, dan untuk komunikasi belum tersedia.
Foto 3: Pemukiman dusun Grogos, foto by Stevy
Fasilitas umum yang tersedia di Grogos saat ini adalah satu unit Mesjid, satu unit Sekolah Dasar, satu unit Puskesmas pembantu (Pustu) namun ketersediaan tenaga pengajar dan tenaga medis serta peralatan pendukung (belajar mengajar dan peralatan medis) masih sangat terbatas.
Keterbatasan akan fasiltas pendukung diatas tidak menjadikan masyarakat dusun Grogos berkecil hati, mereka tetap eksis melakukan aktifitas rutinnya dilaut, bagi mereka mengupayakan keberlanjutan kehidupan keluarga dan menjamin masa depan pendidikan anak-anak yang bersekolah baik di dalam dusun Grogos maupun diluar Grogos (di Gorom, Geser, Bula, Ambon) menjadi prioritas utama.
Hasil tangkapan utama
Lokasi memancing masyarakat dusun Grogos meliputi kawasan disekitar pulau, mulai dari pulau Koon sampai ke pulau Nukus, dengan luasan pasang surut sebagaimana disampaikan diatas dimanfaatkan oleh nelayan untuk mengambil berbagai jenis hasil laut. Jenis hasil laut yang menjadi tangkapan utama nelayan dusun Grogos adalah ikan dan gurita, jenis ikan yang diambil adalah ikan dasar/karang sperti ikan Kakatua (Scarus frenatus), Tefar/Lancam (Lethrinus obsoletus), Kerapu (Epinephelus malabaricus), Kakap (L. campechanus) dll, yang dapat dijual langsung kepada pengumpul ikan segar dengan kisaran harga saat ini Rp. 10.000-20.000/Kg, tetapi juga diproduksi menjadi ikan asin dengan kisaran harga Rp. 35.000-40.000/Kg.
Jenis tangkapan lainnya yang tidak kalah penting bagi nelayan dusun Grogos adalah Gurita (Octopus cyanea), gurita merupakan salah satu hasil laut yang memiliki nilai ekonomis dan rutin ditangkap untuk dijual, harga gurita mentah di Grogos biasanya mencapai Rp. 25.000-35.000/Kg, namun di masa pandemic corona saat ini otomatis harga gurita mentah Grogos menurun drastis pada kisaran Rp. 10.000-15.000/Kg. Selain gurita mentah, masyarakat dusun Grogos juga memproduksi gurita kering, mengingat saat ini para pembeli gurita mentah dari luar belum melakukan aktivitasnya, sementara tidak tersedia sarana penyimpanan (pendingin) yang dapat menyimpan hasil tangkapan untuk waktu lama, maka pengeringan merupakan salah satu cara untuk mengamankan hasil tangkapan walaupun membutuhkan proses pengerjaan yang panjang dan melelahkan namun gurita kering masih memiliki harga jual yang cukup baik yaitu dikisaran Rp. 20.000-30.000/Kg.
Foto 4 & 5: Hasil tangkapan gurita dusun Grogos, foto by Stevy
Pendampingan
Sekitar setahun belakangan Yayasan Baileo Maluku bekerjasama dengan Blue Ventures dalam program Pengelolaan Perikanan Gurita tengah melakukan pendampingan di dusun Grogos untuk memonitoring dan mendata aktivitas nelayan penangkap gurita, kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang aktivitas penangkapan yang dilakukan, jumlah hasil tangkapan serta jenis dan ukuran hasil tangkapan sehingga dapat dilakukan analisa untuk melihat keseimbangan antara populasi gurita dan aktivitas penangkapan yang ada di Grogos. Kegiatan ini juga bekerjasama dengan kepala dusun dan melibatkan 2 orang masyarakat local sebagai enumerator yang akan memantau dan mendata aktivitas penangkapan gurita yang dilakukan oleh nelayan setempat.
Hasil pemantauan dan pendataan serta analisa data selama kurang lebih 1 tahun terakhir telah di presentasikan kepada nelayan dalam kegiatan umpan balik data. Dari data tersebut tergambar jumlah hasil tangkapan gurita pada ± 15 lokasi penangkapan selama 7 bulan berjumlah 1,7 Ton dengan rata-rata berat per ekor per jenis kelamin 0,85 Kg dan jumlah nelayan yang menangkap sebanyak 144 orang dengan 1.607 kali trip melaut.
Diharapkan lewat hasil monitoring ini dapat menjadi data dasar dalam perencanaan pengelolaan perikanan khususnya gurita bagi masyarakat dusun Grogos dan Kataloka agar tercipta system pengelolaan sumberdaya perikanan yang baik dan berkelanjutan serta tetap menjaga keseimbangan ekosistem pesisir.
—oOo—